Wednesday, July 30, 2014

RESENSI NOVEL SANG PEMIMPI

Tugas Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar

“Resensi Novel Sang Pemimpi”

1.      Judul Resensi              : “perjuangan 3 sahabat dalam meraih mimpi”

2.      Identitas Buku                       
-          Judul                     : Sang Pemimpi
-          Pengarang             : Andrea Hirata
-          Penyunting            : Imam Risdiyanto
-          Penerbit                 : Bentang (PT. Bentang Pustaka)
-          Cetakan                 : Cetakan kedua puluh delapan, Desember 2010
-          Tahun Terbit          : 2009
-          Harga                    : Rp 59.000
-          Halaman                : viii +248 hlm

3.      Sinopsis :
Dalam Novel Sang Pemimpi, Andrea Hirata menceritakan tentang kehidupannya ketika masa-masa SMA di Kota Manggar, kehidupan tentang anak Belitong yang dililit kemiskinan. Tiga tokoh utamanya yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron. Ikal merupakan sosok penggambaran dari seorang Andrea Hirata, sedangkan Arai adalah saudara jauh Ikal yang merupakan seorang yatim piatu yang disebut simpai keramat karna hanya tinggal dia sendiri yang masih hidup dari satu garis keturunan keluarganya, hingga pada akhirnya Arai diangkat oleh ayah Ikal menjadi saudara angkat. Aria begitu berarti bagi Ikal, karna menurut Ikal, Arai merupakan saudara sekaligus sahabat terbaik untuknya. Jimbron adalah seorang yatim piatu yang sangat terobsesi dengan kuda dan selalu gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu. Hal yang membuat Jimbron gagap adalah ketika dia melihat ayahnya yang sekarat di depan matanya dan dia mambawa ayahnya menuju puskesmas dengan sepeda, karna tidak sanggup bertahan, akhirnya ayahnya meninggal saat perjalanan menuju puskesmas, saat itu banyak orang yg bertanya padanya, namun dia terlanjur gagap karna terlalu banyak menangis sampai tersendat-sendat, saat itu terpikir dibenaknya jika saja ia membawa ayahnya dengan menaiki kuda pasti akan lebih cepat sampai ke puskesmas dan pasti ayahnya akan tertolong. Saat itu jugalah Jimbron sangat terobsesi dengan kuda. Jimbron pun diasuh oleh seorang Pastor Katholik bernama Geovanny. Meskipun berbeda agama dengan Jimbron, beliau tidak pernah sama sekali memaksakan Jimbron untuk mengikuti ajaran agama Katholik, bahkan beliau tidak pernah terlambat mengantar jimbron ke masjid untuk mengaji.
Ketiganya menjalin persahabatan dari kecil sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Manggar, SMA pertama yang didirikan di Belitong bagian timur. Arai dan Ikal begitu pintar disekolahnya, sedangkan Jimbron biasa-biasa saja. Arai dan Ikal selalu menduduki peringkat lima dan tiga besar, sedangakan Jimbron menduduki peringkat 78 dari 160 siswa. Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arai orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Aria dan Ikal mempunyai mimpi yang tinggi, yaitu ingin melanjutkan belajar ke Sorbonne, Perancis. Mereka terpukau dengan cerita Pak Balia, kepala sekolahnya sekaligus pengajar dibidang seni. Pak Balia selalu menyebut-nyebut indahnya kota itu. Arai dan Ikal pun kerja keras, bekerja sebagai kuli ngambat dari pukul dua pagi sampai jam tujuh pagi kemudian dilanjutkan sekolah. Itulah perjuangan yang sangat keras yang dirasakan ketiga pemuda itu dengan susah payah menabung demi mewujudkan impian mereka. Mereka sempat berpikir kalau tabungan mereka tidak akan pernah cukup untuk sampai menjejakkan kaki ke sana. Tetapi jiwa optimisme Arai sangatlah tinggi dan dia yakin bahwa pasti akan ada cara lain yang dapat ditempuh selain hanya dengan menabung.
Setelah selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke pulau Jawa, Kota Bogor lebih tepatnya. Sedangkan Jimbron memilih untuk menetap di Belitong dan menjadi pekerja ternak kuda disana. Hal yang paling mengharukan bagi Ikal dan Arai adalah saat Jimbron menghadiahkan kedua celengan kuda yang berisi tabungannya selama bertahun-tahun kepada Ikal dan Arai. Wajah Jimbron yang polos menjadi sembab. Dia terharu karena dapat berbuat sesuatu untuk membantu kedua sahabatnya itu. Yang membuat Arai dan Ikal begitu terkejut adalah ketika Jimbron mengatakan “Kalian lebih pintar, lebih punya kesempatan untuk melanjutkan sekolah. Kalian berangkat saja ke Jawa. Pakailah uang itu, kejarlah cita-cita.” Dan satu lagi kalimat yg membuat Arai dan Ikal makin sedih ketika mendengar Jimbron mengucapkan “Ambillah…. Biarlah hidupku berarti. Jika dapat kuberikan lebih dari celengan itu akan kuberikan untuk kalian. Merantaulah… jika kalian sampai ke Prancis, mejelajah Eropa sampai Afrika, itu artinya aku juga sampai ke sana, pergi bersama-sama kalian.” Arai dan Ikal pun memeluk Jimbron bergantian sambil mengingat masa lalu. Dulu, dengan penuh semangat, Jimbron memesan dua celengan kuda kepada mualim agar dibelikan di Jakarta, dan sempat mereka tertawakan ketika celengan kuda itu datang. Ditabungnya upah bekerja kerasnya selama dua tahun. Diisinya kedua celengan itu secara rata, tanpa sepatah katapun dia ucapkan maksudnya. Saat itulah Arai dan Ikal berjanji akan menuliskan namanya di tanah, gedung, pohon, jalan, dan kemanapun mereka sampai. Berbulan-bulan terkatung-katung di Bogor, mencari pekerjaan untuk bertahan hidup. Akhirnya setelah banyak pekerjaan yang tidak bersahabat ditempuh, Ikal diterima menjadi tukang sortir (tukang pos), dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Ikal yang terpisah oleh Arai, pada tahun berikutnya memutuskan untuk kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Setelah lulus, ternyata ada lowongan untuk melanjutkan beasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan sampai pada akhirnya dia berhasil memperebutkan 15 besar.
Saat wawancara tiba, tidak disangka, professor pengujinya begitu terpukau dengan proposal riset yang diajukan oleh Ikal, meskipun hanya berlatar belakang sarjana ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang sortir, namun tulisannya begitu hebat. Setelah wawancara selesai, tidak pernah dia sangka sama sekali, dia mendapatkan kejutan yang luar biasa. Ternyata Arai pun ikut dalam wawancara itu. Bertahun-tahun tanpa ada kabar berita darinya, akhirnya mereka berdua dipertemukan dalam suatu forum yang begitu terhormat. Begitulah Arai, dia merupakan sosok yang selalu penuh dengan kejutan. Ternyata semua ini sudah direncanakannya selama bertahun-tahun. Ternyata Arai kuliah di Universitas Mulawarman mengambil jurusan Biologi. Proposal risetnya pun begitu luar biasa.
Akhirnya mereka pulang ke Belitong. Ketika ada surat datang, mereka berdebar-debar membuka isinya. Pengumuman penerimaan beasiswa ke Eropa. Namun Arai begitu sedih karena dia sangat merindukan kedua orang tuanya. Ia sangat ingin membuka surat kabar itu bersama orang yang sangat ia rindukan. Tak kuasa menahan penasaran ingin mengetahui isi surat tersebut, mereka pun segera membuka surat tersebut. Ikal dan Arai sangat terkejut dan begitu riang gembira ketika melihat tulisan yang tertera dikertas itu bahwa mereka diterima di Université de Paris, Sorbonne, Prancis. Mereka merasa sangat puas dengan apa yang selama ini mereka lakukan demi mewujudkan impian mereka. Inilah jawaban dari Tuhan atas upaya mereka selama ini. Kini impian mereka untuk bersekolah di Perancis telah terwujud. Sementara Jimbron yang menetap di Magai, Belitong kini diterima bekerja di peternakan capo, sebagai pengurus kuda. Kini mereka tinggal memperjuangkan mimpi mereka yang baru saja dimulai

4.      Unsur Intrinsik 
1.      Tema :
Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini tak lainadalah “persahabatan dan perjuangan dalam mengarungikehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpiatau pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaanper kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkanbegitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawaseseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan
2.      Latar :
v  Latar waktu
·         Pagi
·         Siang
·         Sore
·         Malam
v  Latar suasana
·         Bersemangat
·         Putus asa
·         Kerja keras
·         Kebersamaan
v  Latar sosial
·            Belajar
·            Bekerja
·            Bermain
3.      Penokohan :
1.      Ikal : 
·         Baik Hati: “Aku dan Jimbron berusaha menahan diri tak tertawa untuk menjaga perasaan Arai.” Sang Pemimpi hlm.199
·         Optimis: “Sejak kejadian pembagian rapor kemarin, aku berjanji kepada Ayah untuk mendudukkannya lagi di bangku garda depan.” Sang Pemimpi hlm. 169
·         Peduli: “Aku cemas akan keadaan Jimbron yang untuk pertama kalinya...” Sang Pemimpi hlm. 168.
·         Pantang menyerah, “Aku dan Arai berlari terbirit-birit menuju sekolah.” Sang Pemimpi hlm. 59.
·         Pinta: “Beruntungnya, aku dan Arai selalu berada di garda depan. Aku di urutan ketiga, sedangkan Arai di urutan kelima.” Sang Pemimpi hlm. 81.

2.      Arai :
·         Perhatian: “Sering ketika bangun tidur, aku menemukan kuaci, permen gula merah, dan mainan kecil dari tanah liat sudah ada di saku bajuku. Arai diam-diam membuatnya untukku.” Sang Pemimpi hlm. 26.
·         Kreatif dan Penuh inspirasi: “Aku melirik benda itu dan aku makin pedih membayangkan dia membuat mainan itu sendiri, memainkannya juga sendiri...” Sang Pemimpi hlm. 21.
·         Gigih: “Dua bulan terakhir, dia menyerahkan diri pada penindasan Capo yang terkenal keras, semuanya demi Jimbron.“ Sang Pemimpi hlm. 193.
·         Rajin: “Sstiap habis maghrib, Arai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an di bawah temaram lampu minyak.” Sang Pemimpi hlm. 27.
·         Pintar: “Beruntungnya, aku dan Arai selalu berada di garda depan. Aku di urutan ketiga, sedangkan Arai di urutan kelima.” Sang Pemimpi hlm. 81.
·         Pantang menyerah: “Arai terus melolong gagah berani. Dia bersahut-sahutan dengan Nat King Cole.” Sang Pemimpi hlm. 199
·         Tulus: “Arai menyerahkan karung-karung tadi kepada Mak Cik.” Sang Pemimpi hlm. 43.

3.      Jimbron :
·         Tabah: “Suatu hari, belum empat puluh hari ibunya wafat, Jimbron bepergian naik sepeda dibonceng ayahnya. Masih berkendara, ayahnya terkena serangan jantung.” Sang Pemimpi hlm. 49
·         Pekerja keras: “setiap hari dia bekerja part time di kapal milik salah satu nahkoda.”
·         Polos: “Jimbron berdiri mematung. Dia seakan tak percaya kalau aku tega membentakknya sekeras itu.” Sang Pemimpi hlm. 123.
·         Tulus: “dia memberikan kedua celengan kudanya yang selama ini telah ia persiapkan untuk Ikal dan Arai.” Sang Pemimpi hlm 204.
·         Baik hati: “Setiap Minggu pagi, Jimbron menghambur ke pabrik cincau. Dengan senang hati, dia menjadi relawan membantu Laksmi.” Sang Pemimpi hlm. 69.

4.      Pak Mustar :
·         Disiplin: “Setengah jam sebelum masuk, Pak Mustar mengunci pagar sekolah.” Sang Pemimpi hlm.5.
·         Tegas: “Pak Mustar mengancam tak main-main.” Sang Pemimpi hlm. 86.
·         Peduli: “Beliau tidak mau murid-muridnya terjerumus ke masa depan yang suram.”

5.      Bapak Saman Said Harun (Bapaknya Ikal) :
·         Pendiam: “Ayah turun dari sepeda, seperti biasa, hanya satu ucapan pelan ‘Assalamu’alaikum’, tak ada kata lain” Sang Pemimpi hlm. 82
·         Sabar dan Baik hati: “Lalu, Ayah bersepeda ke Magai, ke SMA negeri, 30 kilometer jauhnya untuk mengambil rapor anak-anaknya.” Sang Pemimpi hlm.79.
·         Bijaksana: “Ayah senantiasa menerima bagaimanapun keadaan kami.” Sang Pemimpi hlm. 142.

6.      Ibu Ikal :
·         Perhatian: “Saat pembagian rapor, Ibu pun tak kalah repot. Sehari semalam, dia merendam daun pandan dan bunga kenanga untuk dipercikkan di baju safari empat saku Ayah itu ketika menyetrikanya.” Sang Pemimpi hlm. 77.
·         Baik hati:”Ibuku tersenyum memandangi Nurmi. ‘Jangan sekali-kali kaupisahkan Nurmi dari biolanya, Maryamah. Kalau berasmu habis, datang lagi ke sini.’” Sang Pemimpi hlm. 33.

7.       Bapak Drs. Julia Ichsan Balia :
·         Kreatif: “Kreatif merupakan daya tarik utama kelasnya.” Sang Pemimpi hlm. 60.
·         Bijaksana: “Pak Balia terpana dan berkerut keningnya,tapi memang sudah alamiahnya, beliau menghargai siswanya.” Sang Pemimpi hlm. 64.
·         Pintar: “Mulut murid-muridnya ternganga mendengar kalimat yang agung itu.” Sang Pemimpi hlm. 60.

8.      Tokoh pendukung : Zakia Nurmala, Laksmi, Bang Zaitun, Mak Cik Maryamah, Nurmi, A Kiun, Capo, Taikong Hamim, Pak Cik Basman, Nyonya Deborah, Mei Mei, Makruf, Mahader.
4.      Sudut Pandang:
Sudut pandang novel ini yaitu “orang pertama” (akuan). Dimanapenulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.
5.      Alur :
Novel ini menggunakan alur campuran (maju dan mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan tokoh dari lulus SMP sampai kuliah. Dan alur mundur ketika menceritakan saat tokoh masih kecil.
6.       Gaya Bahasa :
Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penuh inspirasi dan imajinasi. Juga menggunakan kata-kata yang mudah dipahami, bahasa yang komikal dan tidak membosankan membuat pembaca merasa ikut menjadi bagian dari cerita.
7.      Amanat :
Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah jangan pernah berhenti untuk bermimpi. Karena pada prinsipnya manusia tidak akan pernah bisa lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik terang kepada manusia yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan, sampai akhirnya dapat mewujudkan mimpinya dengan semangat membara dan dengan sekuat tenaga menentang kerasnya hidup.

5.      Unsur Ekstrinsik
1.      Nilai Sosial :
 Novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Dengan didasari rasa gotong royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun masih dapat saling membantu satu sama lain.
2.      Nilai Adat Istiadat :
Nilai adat pada novel ini juga begitu kental. Adat kebiasaan pada sekolah tradisional yang masih mengharuskan siswanya mencium tangan kepada gurunya. Kemudian,  mata pencaharian warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah. 
3.      Nilai Moral :
Nilai moral pada novel ini digambarkan melalui penggambaran sifat-sifat yang menunjukkan rasa humanis yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok remaja yang mempunyai perangai yang baik dan rasa setiakawan yang tinggi
4.      Nilai Agama :
Novel ini juga secara jelas menggambarkan nilai agama. Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini belajar dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam dan petuah-petuah Taikong (kyai) yang begitu hormat mereka patuhi.
6.      Kelebihan dan Kekurangan
1.      Kelebihan              :
Kelebihan yang didapatkan dalam novel ini yaitu dilihat dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara sempurna. Penulis juga menjelaskan tiap detail latar yang mem-background-i adegan demi adegan, sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi. Selain itu, kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat.

2.      Kekurangan           :
Novel ini hampir tidak ada kelemahannya. Hal itu disebabkan karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu.

No comments:

Post a Comment