ISU/POTENSI
ALAMI MENJADI MODAL POKOK
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
BERKELANJUTAN
Telah
kita sadari bersama bahwa masalah energy telah menjadi isu yang paling banyak
mengundang perhatian dunia, terutama isu global warming. Pembangunan gedung-gedung
bertingkat tinggi semakin kurang memperhatikan dampak terhadap keterbatasan
energy. Arsitek pun semakin dituntut untuk menciptakan suatu pemikiran baru
yang memikirkan lingkungan untuk masa depan. Karena rancangan arsitek merupakan
media yang memberi dampak secara langsung terhadap lingkungan. Hal inilah yang
memunculkan konsep yang berwawasan lingkungan yaitu Eko- arsitektur sebagai
bentuk kepedulian menghemat energy. Eko diambil dari kata ekologi yang
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungannya, (Heinz Frick, 1998). Diharapkan dengan konsep
tersebut dapat mengurangi dampak pemanasan global.
Pola
perencanaan Eko-arsitektur suatu bangunan selalu memanfaatkan peredaran alam
sebagai berikut :
1. Menciptakan kawasan penghijauan diantara kawasan
pembangunan sebagai paru-paru hijau.
2. Menggunakan bahan bangunan alamiah dan intensitas
energy yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang digunakan pada saat
pembangunan harus seminimal mungkin.
3. Bangunan diarahkan menurut orientasi timur-barat dengan
bagian utara/selatan menerima cahaya tanpa kesilauan.
4. Dinding dan atap bangunan sesuai tugasnya, harus
melindungi dari panas, angina, dan hujan.
5. Menghindari kelembaban tanah naik ke dalam konstruksi bangunan
dan memajukan system konstruksi bangunan kering.
6. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan
antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan.
7.
Memperhatikan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan
harmonikal.
8. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak
menimbulkan masalah lingkungan dan membutuhkan energy sedikit mungkin.
9. Manciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung
bisa dimanfaatkan oleh semua penghuni.
Efisiensi
energi merupakan prioritas utama dalam desain, karena kesalahan desain yang
berakibat boros energi akan berdampak terhadap biaya operasional sepanjang
bangunan tersebut beroperasi.
No comments:
Post a Comment