Wednesday, May 10, 2017

Tugas 2 Konservasi Arsitektur

SEJARAH ARSITEKTUR DI INDONESIA

Asitektur Indonesia terdiri dari klasik-tradisional, vernakular dan bangunan baru kontemporer. Arsitektur klasik-tradisional adalah bangunan yang dibangun oleh zaman kuno. Arsitektur vernakular juga bentuk lain dari arsitektur tradisional, terutama bangunan rumah hunian, dengan beberapa penyesuaian membangun oleh beberapa generasi ke generasi. Arsitektur Baru atau kontemporer lebih banyak menggunakan materi dan teknik konstruksi baru dan menerima pengaruh dari masa kolonial Belanda ke era pasca kemerdekaan. Pengenalan semen dan bahan-bahan modern lainnya dan pembangunan dengan pertumbuhan yang cepat telah menghasilkan hasil yang beragam.
Arsitektur Klasik Indonesia
Ciri khas arsitektur klasik Indonesia dapat dilihat paada bangunan candi dengan struktur menaranya. Candi Buddha dan Hindu dibangun dari batu, yang dibangun di atas tanah dengan cirikhas piramida dan dihiasi dengan relief. Secara simbolis, bangunan adalah sebagai representasi dari Gunung Meru yang legendaris, yang dalam mitologi Hindu-Buddha diidentifikasi sebagai kediaman para dewa. Candi Buddha Borobudur yang terkenal dari abad ke-9 dan Candi Prambanan bagi umat Hindu di Jawa Tengah juga dipenuhi dengan gagasan makro kosmos yang direpresentasiken dengan sebuah gunung. Di Asia Timur, walau dipengaruhi oleh budaya India, namun arsitektur Indonesia (nusantara) lebih mengedapankan elemen-elemen masyarakat lokal, dan lebih tepatnya dengan budaya petani.
Budaya Hindu paling tidak 10 abad telah mempengaruhi kebudayaan Indonesia sebelum pengaruh Islam datang. Peninggalan arsitektur klasik (Hindu-Buddha) di Indonesia sangat terbatas untuk beberapa puluhan candi kecuali Pulau Bali yang masih banyak karena faktor agama penduduk setempat.
Arsitektur vernakular di Indonesia
Arsitektur tradisional dan vernakular di Indonesia berasal dari dua sumber. Pertama adalah dari tradisi Hindu besar dibawa ke Indonesia dari India melalui Jawa. Yang kedua adalah arsitektur pribumi asli. Rumah-rumah vernakular yang kebanyakan ditemukan di daerah pedesaan dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti atap ilalang, bambu, anyaman bambu, kayu kelapa, dan batu. Bangunan adalah penyesuain sepenuhnya selaras dengan lingkungan sekitar. Rumah-rumah di pedalaman di Indonesia masih banyak yang menggunakan bambu, namun dengan seiring dengan proses modernisasi, bangunan-bangunan bambu ini sedikit demi sedikit diganti dengan bangunan dinding bata.
Arsitektur tradisional di Indonesia
Bangunan vernakular yang tertua di Indonesia saat ini tidak lebih dari sekitar 150 tahun usianya. Namun dari relief di dinding abad ke-9 di candi Borobudur di Jawa Tengah mengungkapkan bahwa ada hubungan erat dengan arsitektur rumah vernakular kontemporer yang ada saat ini. Arsitektur vernakular Indonesia juga mirip dengan yang dapat ditemukan di seluruh pulau-pulau di Asia Tenggara. Karakteristik utamanya adalah dengan digunakannya lantai yang ditinggikan (kecuali di Jawa), atap dengan kemiringan tinggi menyerupai pelana dan penggunaan material dari kayu dan bahan organik tahan lama lainnya.
Pengaruh Islam dalam Arsitektur
Budaya Islam di Indonesia dimulai pada tahun 13 Masehi ketika di Sumatra bagian utara muncul kerajaan Islam Pasai di 1292. Dua setengah abad kemudian bersama-sama juga dengan orang-orang Eropa, Islam datang ke Jawa. Islam tidak menyebar ke kawasan Indonesia oleh kekuatan politik seperti di India atau Turki namun lebih melalui penyebaran budaya. Budaya Islam pada arsitektur Indonesia dapat dijumpai di masjid-masjid, istana, dan bangunan makam.
Menurunnya kekuatan kerajaan Hindu Majapahit di Jawa menandai bergantinya periode sejarah di Jawa. Kebudayaan Majapahit tersebut meninggalkan kebesarannya dengan dengan serangkaian candi-candi monumental sampai abad keempat belas. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa “Zaman Klasik” di Jawa ini kemudian diganti dengan zaman “biadab” dan juga bukanlah awal dari “Abad Kegelapan”. Selanjutnya kerajaan-kerajaan Islam melanjutkan budaya lama Majapahit yang mereka adopsi secara jenius. “New Era” selanjutnya menghasilkan ikon penting seperti masjid-masjid di Demak, Kudus dan Banten pada abad keenam belas. Juga dengan situs makam Imogiri dan istana-istana Yogyakarta dan Surakarta pada abad kedelapan belas. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Islam tidak memperkenalkan bentuk-bentuk fisik baru dan ajaran-ajarannyapun diajarkan lebih dalam cara-cara mistis oleh para sufi, atau dengan kata lain melalui sinkretisme, sayangnya hal inilah yang mempengaruhi ‘gagal’nya Islam sebagai sebuah sistem baru yang benar-benar tidak menghapuskan warisan Hindu ( lihat Prijotomo, 1988).
Masjid Kudus dengan Gaya Hindu untuk Drum Tower dan Gerbang
Penyebaran Islam secara bertahap di kawasan Indonesia dari abad ke-12 dan seterusnya dengan memperkenalkan serangkaian penting pengaruh arsitektur. Namun, perubahan dari gaya lama ke baru yang lebih bersifat ideologis baru kemudian teknologi. Kedatangan Islam tidak mengarah pada pengenalan bangunan yang sama sekali baru, melainkan melihat dan menyesuaikan bentuk-bentuk arsitektur yang ada, yang diciptakan kembali atau ditafsirkan kembali sesuai persyaratan dalam Islam. Menara Kudus, di Jawa Tengah, adalah contoh dalam kasus ini. Bangunan ini sangat mirip dengan candi dari abad ke-14 di era kerajaan Majapahit, menara ini diadaptasi untuk kepentingan yang lebih baru dibangun masjid setelah runtuhnya kerajaan Majapahit. Demikian pula, masjid-masjid di awal perkembangan Islam di Indonesia murni terinspirasi dari tradisi bangunan local yang ada di Jawa, dan tempat lain di Nusantara, dengan empat kolom utama yang mendukung atap tengahnya. Dalam kedua budaya ini empat kolom utama atau Saka Guru mempunyai makna simbolis.
Gaya Belanda dan Hindia Belanda
Pengaruh Barat di mulai jauh sebelum tahun 1509 ketika Marco Polo dari Venesia melintasi Nusantara di 1292 untuk kegiatan perdagangan. Sejak itu orang-orang Eropa berusaha untuk merebut kendali atas perdagangan rempah-rempah yang sangat menguntungkan. Portugis dan Spanyol, dan kemudian Belanda, memperkenalkan arsitektur mereka sendiri dengan cara awal tetap menggunakan berbagai elemen arsitektur Eropa, namun kemudian dapat beradaptasi dengan tradisi arsitektur lokal. Namun proses ini bukanlah sekadar satu arah: Belanda kemudian mengadopsi unsur-unsur arsitektur pribumi untuk menciptakan bentuk yang unik yang dikenal sebagai arsitektur kolonial Hindia Belanda. Belanda juga sadar dengan mengadopsi arsitektur dan budaya setempat kedalam arsitektur tropis baru mereka dengan menerapkan bentuk-bentuk tradisional ke dalam cara-cara modern termasuk bahan bangunan dan teknik konstruksi.
Gereja Blenduk dan Lawang Sewu bangunan, contoh dari arsitektur Belanda
Bangunan kolonial di Indonesia, terutama periode Belanda yang sangat panjang 1602 – 1945 ini sangat menarik untuk menjelajahi bagaimana silang budaya antara barat dan timur dalam bentuk bangunan, dan juga bagaimana Belanda mengembangkan aklimatisasi bangunan di daerah tropis. Menurut Sumalyo (1993), arsitektur kolonial Belanda di Indonesia adalah fenomena budaya unik yang pernah ditemukan di tempat lain maupun di tanah air mereka sendiri. Bangunan-bangunan tesebut adalah hasil dari budaya campuran kolonial dan budaya di Indonesia.
Perbedaan konsep Barat dan Indonesia ke dalam arsitektur adalah terletak pada korelasi antara bangunan dan manusianya. Arsitektur Barat adalah suatu totalitas konstruksi, sementara itu di Timur lebih bersifat subjektif, yang lebih memilih penampilan luar terutama façade depan. Kondisi alam antara sub-tropis Belanda dan tropis basah Indonesia juga merupakan pertimbangan utama bangunan Belanda di Indonesia.
Sebenarnya, Belanda tidak langsung menemukan bentuk yang tepat untuk bangunan mereka di awal perkembangannya di Indonesia. Selama awal kolonisasi Eropa awal abad 18, jenis bangunan empat musim secara langsung dicangkokkan Belanda ke iklim tropis Indonesia. Fasade datar tanpa beranda, jendela besar, atap dengan ventilasi kecil yang biasa terlihat di bagian tertua kota bertembok Belanda, juga digunakan seperti di Batavia lama (Widodo, J. dan YC. Wong 2002).
Menurut Sumintardja, (1978) VOC telah memilih Pulau Jawa sebagai pusat kegiatan perdagangan mereka dan bangunan pertama dibangun di Batavia sebagai benteng Batavia. Di dalam benteng, dibangun rumah untuk koloni, memiliki bentuk yang sederhana seperti rumah asli di awal tapi belakangan diganti dengan rumah gaya Barat (untuk kepentingan politis). Dinding batu bata rumah, mereka mengimpor bahan langsung dari Belanda dan juga dengan atap genteng dan interior furniture. Rumah-rumah yang menjadi tradisi pertama rumah-rumah tanpa halaman, dengan bentukan memanjang seperti di Belanda sendiri. Rumah-rumah ini ada dua lantai, sempit di façade tapi lebar dalam. Rumah tipe ini selanjutnya banyak digunakan oleh orang-orang cina setelah orang Belanda beralih dengan rumah-rumah besar dengan halaman luas. Rumah-rumah ini disebut sebagai bentuk landhuizen atau rumah tanpa beranda dalam periode awal, setelah mendapat aklimatisasi dengan iklim setempat, rumah-rumah ini dilengkapi dengan beranda depan yang besar seperti di aula pendapa pada bangunan vernakular Jawa.
Pada awalnya, rumah-rumah ini dibangun dengan dua lantai, setelah mengalami gempa dan juga untuk tujuan efisiensi, kemudian rumah-rumah ini dibangun hanya dalam satu lantai saja. Tetapi setelah harga tanah menjadi meningkat, rumah-rumah itu kembali dibangun dengan dua lantai lagi.
Penentuan desain arsitektur menjadi lebih formal dan ditingkatkan setelah pembentukan profesi Arsitek pertama di bawah Dinas Pekerjaan Umum (BOW) pada 1814-1930. Sekitar tahun 1920-an 1930-an, perdebatan tentang masalah identitas Indonesia dan karakter tropis sangat intensif, tidak hanya di kalangan akademis tetapi juga dalam praktek. Beberapa arsitek Belanda, seperti Thomas Karsten, Maclaine Pont, Thomas Nix, CP Wolf Schoemaker, dan banyak lainnya, terlibat dalam wacana sangat produktif baik dalam akademik dan praksis. Bagian yang paling menarik dalam perkembangan Arsitektur modern di Indonesia adalah periode sekitar 1930-an, ketika beberapa arsitek Belanda dan akademisi mengembangkan sebuah wacana baru yang dikenal sebagai “Indisch-Tropisch” yaitu gaya arsitektur dan urbanisme di Indonesia yang dipengaruhi Belanda
Tipologi dari arsitektur kolonial Belanda; hampir bangunan besar luar koridor yang memiliki fungsi ganda sebagai ruang perantara dan penyangga dari sinar matahari langsung dan lebih besar atap dengan kemiringan yang lebih tinggi dan kadang-kadang dibangun oleh dua lapis dengan ruang yang digunakan untuk ventilasi panas udara.
Arsitek-arsitek Belanda mempunyai pendekatan yang baik berkaitan dengan alam di mana bangunan ditempatkan. Kesadaran mereka dapat dilihat dari unsur konstruksi orang yang sangat sadar dengan alam. Dalam Sumalyo (1993,): Karsten pada tahun 1936 dilaporkan dalam artikel: “Semarangse kantoorgebouwen” atau Dua Office Building di Semarang Jawa Tengah:
1. Pada semua lantai pertama dan kedua, ditempatkan pintu, jendela, dan ventilasi yang lebar diantara dia rentang dua kolom. Ruangan untuk tiap lantai sangat tinggi; 5, 25 m di lantai pertama dan 5 m untuk lantai dua. Ruangan yang lebih tinggi, jendela dan ventilasi menjadi sistem yang baik untuk memungkinkan sirkulasi udara di atap, ada lubang ventilasi di dinding atas (di atas jendela)
2. Disamping lebar ruang yang lebih tinggi, koridor terbuka di sisi Barat dan Timur meliputi ruang utama dari sinar matahari langsung.
Ketika awal urbanisasi terjadi di Batavia (Jakarta), ada begitu banyak orang membangun vila mewah di sekitar kota. Gaya arsitekturnya yang klasik tapi beradaptasi dengan alam ditandai dengan banyak ventilasi, jendela dan koridor terbuka banyak dipakai sebagai pelindung dari sinar matahari langsung. Di Bandung, Villa Isolla adalah salah satu contoh arsitektur yang baik ini (oleh Schoemaker1933).
Villa Isolla, salah satu karya arsitektur Belanda di Indonesia
Arsitektur Kontemporer Indonesia
Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, bangunan modern mengambil alih Indonesia. Kondisi ini berlanjut ke tahun 1970-an dan 1980-an ketika pertumbuhan eknomi yang cepat Indonesia yang mengarah pada program-program pembangunan besar-besaran di setiap sector mulai dari skema rumah murah, pabrik-pabrik, bandara, pusat perbelanjaan dan gedung pencakar langit. Banyak proyek bergengsi yang dirancang oleh arsitek asing yang jarang diterapkan diri mereka untuk merancang secara khusus untuk konteks Indonesia. Seperti halnya kota-kota besar di dunia, terutama di Asia, sebagai korban dari globalisasi terlepas dari sejarah lokal, iklim dan orientasi budaya.
Rumah-rumah kontemporer di Indonesia
Arsitektur modern Indonesia umumnya mulai di sekitar tahun 50an dengan dominasi bentuk atap. Model bangunan era kolonial juga diperluas dengan teknik dan peralatan baru seperti konstruksi beton, AC, dan perangkat lift. Namun, sepuluh tahun setelah kemerdekaan, kondisi ekonomi di Indonesia belum cukup kuat. Sebagai akibat, bangunan yang kurang berkualitas terpaksa lahir. Semua itu sebagai upaya untuk menemukan arsitektur Indonesia modern, seperti halnya penggunaan bentuk atap joglo untuk bangunan modern.
Arsitektur perumahan berkembang luas pada tahun 1980-an ketika industri perumahan booming. Rumah pribadi dengan arsitektur yang unik banyak lahir tapi tidak dengan perumahan massal. Istilah rumah rakyat, rumah berkembang, prototipe rumah, rumah murah, rumah sederhana, dan rumah utama dikenal baik bagi masyarakat. Jenis ini dibangun dengan ide ruang minimal, rasional konstruksi dan non konvensional (Sumintardja, 1978)
Permasalahan untuk Arsitektur Indonesia
Gerakan-gerakan baru dalam arsitektur seperti Modernisme, Dekonstruksi, Postmodern, dll tampaknya juga diikuti di Indonesia terutama di Jawa. Namun, dalam kenyataannya, mereka menyerap dalam bentuk luar saja, bukan ide-ide dan proses berpikir itu sendiri. Jangan heran jika kemudian muncul pandangan yang dangkal; “Kotak-kotak adalah Modern, Kotak berjenjang adalah pasca Modern” (Atmadi, 1997). Arsitektur hanya hanya dilihat sebagai objek bukan sebagai lingkungan hidup.
Sumalyo, (1993) menyatakan bahwa pandangan umum arsitektur Barat: ‘Purism’, di mana untuk menunjuk Bentuk dan Fungsi, adalah berlawanan dengan konsep-konsep tradisi yang memiliki konteks dengan alam. Kartadiwirya, dalam Budihardjo (1989,) berpendapat, mengapa prinsip tropis ‘nusantara’ arsitektur jarang dipraktekkan di Indonesia adalah karena pemikiran dari proses perencanaan tidak pernah menjadi pemikiran. Mereka hanya hanya mengajarkan tentang perencanaan konvensional selama 35 tahun tanpa perubahan berarti sampai beberapa hari. Sayangnya hamper semua bahan pengajaran dalam arsitektur berasal dari cara berpikir Barat yang menurut Frick (1997) telah menghasilkan kelemahan arsitektur Indonesia. Dia juga menjelaskan bahwa Bahan menggunakan bangunan modern hanya karena alasan produksi massal yang lebih ‘Barat’ dan jauh dari tradisi setempat. Kondisi ini telah memicu penggunaan bahan yang tidak biasa dan tanpa kondisi lokal.


Tugas 1 Konservasi Arsitektur

Perkembangan Arsitektur Dunia

Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur merupakan seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil  perancangan tersebut.

Menurut Vitruvius dalam bukunya, De Architectura, bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis.

Vitruvius juga mengatakan, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni".

SEJARAH ARSITEKTUR

Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika antara kebutuhan dan cara. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktik-praktik, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi.

Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Namun, Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat.

Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi dibentuk oleh para ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek. Pada masa Pencerahan, pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci. Namun, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum

Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika.

Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai oleh kelas menengah. Produk-produk berornamen estetis yang dulunya terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal.

Pada awal abad ke-20 lahir pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk  tahun 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik dan merupakan awal lahirnya profesi dalam bidang desain industri.

Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. . Arsitek kemudian menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.

Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an. Arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual. Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya.

TOKOH-TOKOH ARSITEKTUR

1.      Augustus Welby Pugin (1812-1852), Inggris.  

Salah satu karyanya adalah Gedung Parlemen Inggris.
“Kriteria utama dari keindahan dalam arsitektur adalah adaptasi dari bentuk kepada fungsi”

2.      Gustav Eiffel (1832-1923)

Perancang Menara Eiffel di Paris, Prancis yang terkenal.

3.      R. Buckminster Fuller(1895-1983)
Geodesic Dome

Fuller terkenal karena desain-desainnya yang revolusioner, inovatif, dan efisien. Beliau membuat prinsip Dymaxion yaitu menghasilkan sesuatu semaksimal mungkin dengan energi dan materi yang paling sedikit. Salah satu karya terbesar Fuller adalah geodesic dome.

4.      Michael Graves (lahir 1934)

Graves dikenal karena proyek-proyek post-modern yang berwarna cerah. Post-modern adalah gaya desain yang ceria dan lahir di tahun 1970. Grave juga mendesain furnitur rumah. 

Salah satu desainnya adalah Walt Disney Company headquarter di Burbank, California.

5.      I. M. Pei (b. 1917)

Pei yang lahir di Cina dan menuntut ilmu di Amerika Serikat, sidah merancang banyak sekali bangunan-bangunan di seluruh dunia. Pei sering menggunakan concrete dan kaca dalam desainnya yang geometris. hasil desainnya antara lain adalah; Rock-and-Roll Hall of Fame di Cleveland, Ohio, pertambahan Museum Louvre, Paris, dan Perpustakaan John F. Kennedy di Boston, Massachussets.

6.      Frank Lloyd Wright (1869-1959)
Larkin Building
Wright dikenal sebagai arsitek terbaik Amerika. Ialah yang mengembangkan model rumah prairie di Chicago. Model rumah prairie khas dengan garis-garis horizontal yang rendah, dan warna-warna yang senada dengan alam. Kebanyakan desainnya adalah furnitur rumah. Selain itu, Wright mendesain  Oak Park Unity Temple dekat Chicago dan Larkin Office Building di Buffalo, New York.

7.      Isozaki Arata (1931)

Isozaki adalah arsitek kontemporer terpenting Jepang. Ia memiliki reputasi yang baik di dunia internasional dan telah mendesain bangunan-bangunan terbaik di Asia, Eropa, serta Amerika Serikat. Desain-desain Isozaki menggabungkan ciri khas tradisional Jepang dengan gaya postmodernism dari Barat. Salah satu karyanya adalah Kyoto Concert Hall (1999) di Kyoto, Jepang.

8.      Pierre Lescot (1510–1578)
Hotel Carnavalet
Lescot ditunjuk untuk membuat bangunan istana dan ia membangun sebuah bangunana yang sekarang menjadi bangunan terbesar di Museum Louvre. Lescot juga mendesain Hotel Carnavalet di Paris. Ciri khas desain Lescot adalah detail-detailnya yang klasik. Hasil-hasil desainnya menjadiakn ia salah satu perintis tradisi klasik masyarakat Paris.



PERKEMBANGAN ARSITEKTUR

1.      ARSITEKTUR PRA PERADABAN

•         Neolithic Architecture 10,000 SM-3000 SM

Arsitektur Neolitik adalah arsitektur dari periode Neolitikum. Di Asia barat daya, budaya Neolitikum muncul pada tahun 10.000 SM, awalnya di Levant dan dari sana menyebar ke arah timur dan barat. Ditemukan budaya Neolitikum awal di Anatolia, Suriah dan Irak pada tahun 8.000 SM, dan budaya masyarakat memproduksi makanan pertama kali muncul di tenggara Eropa tahun 7000 SM, dan Eropa Tengah pada 5500 SM.

•         Sumerian Architecture 5300 SM – 2000 SM
Ziggurat di Irak

Arsitektur Mesopotamia adalah arsitektur kuno yang dikembangkan oleh penduduk sekitar sungai Eufrat dan Tigris. Arsitektur pada zaman ini adalah perkembangan perencanaan kota, the coutyard house, dan ziggurat. Para orang Mesopotamia dianggap sebagai pengrajin bangunan.



•         Ancient Egyptian architecture 3000 SM-373 M
Piramida Cheopsa
Peninggalan bangunan Mesir yang terkenal adalah piramida dan kuil yang erat kaitannya dengan kehidupan keagamaan. Piramida dibangun untuk tempat pemakaman Firaun. Arsitek terkenal pembuat piramida adalah Imhotep. Bangunan ini biasanya memiliki kamar bawah tanah, pekarangan dan kuil kecil di bagian luarnya. Tiang-tiang dan dindingnya dihiasi dengan hiasan yang indah. Di bagian dalam terdapat lorong-lorong, lubang angin dan ruang jenazah raja. Di depan piramida terdapat sphinx yaitu patung singa berkepala manusia untuk menjaga makam. Piramida terbesar adalah makam raja Cheops, yang tingginya mencapai 137 meter di Gizeh.

2.      ARSITEKTUR KLASIK 600 SM-323 M

•         Ancient Greek Architecture 776 SM-265 SM
Parthenon
Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Oleh karena itu, monumen utamanya begitu penting sebagai bentuk pemahaman tentang Arsitektur Eropa itu sendiri.
Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian Alexander Agung yang mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Timur, bentuk-bentuk bangunan besar berlanjut dengan keuatan yang lebih sedikit dan adanya pengalihan kekuasaan oleh Roma. Arsitektur menampilkan suatu perpaduan Orde yang meluas hingga ke Spanyol dengan penggunaan elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunan-bangunan kecil tetap terlihat elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak kehilangan struktur monumentalnya yang merupakan superhuman scale.

•         Roman architecture 753 SM–663 M
Colosseum
Dalam arsitektur Romawi, digunakan teknologi yang belum ditemukan pada masa Yunani Kuno. Teknologi ini pun tetap digunakan sampai sekarang, yaitu teknik cor beton. Bangunan-bangunan yang didirikan bangsa Romawi tidak hanya untuk keagamaan tetapi juga keduniawian.

3.      ARSITEKTUR MEDIEVAL

•         Byzantine architecture 527 (Sofia)-1520
Hagia Sophia. Turki
Bizantium adalah pewaris langsung kekaisaran terakhir Romawi dan merupakan bangsa Kristen yang pertama.Pembangunan paling pesat adalah di Yunani, terus tersebar luas dan berlangsung selama abad pertengahan hingga jatuhnya Konstantinople ke tangan Bangsa Turki (1453). Karakter khas dari arsitektur Byzantium adalah atap kubah yang didukung oleh struktur pendentive, lengkungan - lengkungan, kolom yang rumit serta kekayaan warna dan elemen dekorasi.

•         Romanesque architecture 1050-1100
Arsitektur Romanesque adalah gaya arsitektur dari EropaAbad Pertengahan, ditandai oleh pelengkung setengah lingkaran, dan berkembang menjadi gaya arsitektur Goth, ditandai dengan pelengkung berujung, yang dimulai pada abad ke-12. Contoh-contohnya dapat ditemukan di seluruh penjuru Eropa, sehingga menjadikan arsitektur Romanesque sebagai gaya arsitektur pan-Eropa pertama sejak Arsitektur Imperial Romawi. Gaya Romanesque di Inggris disebut sebagai arsitektur Norman.

•         Gothic architecture

 Gaya arsitektur ini berkembang selama akhir tinggi dan periode abad pertengahan . Hal ini berevolusi dari arsitektur Romawi dan digantikan oleh arsitektur Renaissance . Di Inggris, tepatnya pada abad 17 sampai 18 seni gothic dianggap sebagai seni yang tidak punya cita rasa atau hambar dan juga dianggap sebagai seni yang menyimpang dari kaidah-kaidah seni yang sudah ada.

•         Renaisans (abad XIV-XIX)
Paris Opera House
Arsitektur Renaissance adalah arsitektur pada periode antara awal abad ke-15 sampai awal abad ke-17 di wilayah Eropa, ketika terjadi kelahiran kembali budaya klasik terutama budaya Yunani kuno dan budaya Romawi kuno. yang disebut Renaissance. Gaya ini pertama kali dikembangkan di Florence, dengan Filippo Brunelleschi sebagai salah satu inovatornya. Gaya Renaisans dengan cepat menyebar ke kota di Italia lainnya dan lalu ke Perancis, Jerman, Rusia, Inggris dan tempat lainnya.

4.      ARSITEKTUR MODERN

Arsitektur modern memiliki ornamen yang minim dan fungsional. Pada arsitektur modern fungsi lebih diutamakan dalam menentukan bentuk, ukuran dan bahan. Di Indonesia rumah-rumah dengan gaya arsitektur modern mulai banyak diterapkan pada awal tahun 70-an. Di masa sekarang pun banyak rumah-rumah baru yang dibangun dengan gaya arsitektur modern dengan penyesuaian terhadap bahan bangunan dengan teknologi terkini, perkembangan budaya dan wawasan serta gaya hidup penghuninya.

5.      ARSITEKTUR POST-MODERN

Arsitektur Post Modern bermula dari kejenuhan masyarakat terhadap arsitektur modern, maka timbullah gerakan pembenahan dari para arsitek Arsitektur post modern. Ada protes keras dari masyarakat awam Eropa, mereka beranggapan bahwa suatu pembangunan yang didahului dengan pembongkaran atau penghancuran tak perlu melibatkan campur tangan arsitek, sembarang orang juga dapat melakukannya. Arsitek ditantang untuk membangun tanpa merusak sehingga muncullah arsitektur purna modern yang mendamaikan antara yang baru dan lama.


Sumber:

http://www.factmonster.com/ipka/A0907044.html
http://robertleather.wordpress.com/2012/06/30/the-origins-of-ecology-part-2/
http://www.infoplease.com/biography/architects.html
http://sisaharch.blogspot.com/2011/06/arsitektur-yunani-kuno.html#!/2011/06/arsitektur-yunani-kuno.html
http://www.anneahira.com/arsitektur-romawi.htm 
http://aiseta.multiply.com/journal/item/2/ARSITEKTUR-BYZANTIUM?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/197709192008012-DIAH_CAHYANI_PERMANA_SARI/sejarah_d3.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur