Tuesday, September 30, 2014

Arsitektur & Lingkungan (softskill)



MASALAH GLOBAL WARMING TERHADAP ARSITEKTUR 

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, dan bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Dengan pertambahan penduduk di dunia yang semakin tinggi terutama di negara-negara berkembang, maka kerusakan lingkungan alam juga akan semakin besar dan rumit untuk dipecahkan. Oleh karena itu, arsitektur dan pembangunan permukiman harus mengembangkan alternatif baru yang sesuai dengan alam sekitarnya.  Isu global warming yang semakin marak dikalangan masyarakat dunia membuat para arsitek harus peka terhadap kondisi lingkungan yang ada saat ini karena arsitekturlah yang berperan besar dalam hal mewujudkannya. Maka dari itu, saat ini arsitek juga dituntut untuk mengembangkan ide-ide kreatif dalam hal membangun sebuah bangunan yang ramah terhadap lingkungan disekitar agar dapat mengurangi dampak negatif dari kerusakan lingkungan misalnya global warming dan sebagainya.
Dalam hal pembangunan, arsitek juga harus memperhatikan dalam pemilihan bahan material yang ramah terhadap lingkungan serta memikirkan bagaimana cara agar bangunan tersebut tidak terlalu memakan banyak energi yang dapat merusak lingkungan misalnya dalam hal penerangan. sebuah bangunan yang berkelanjutan harus memaksimalkan pencahayaan; memiliki ventilasi yang tepat dan kontrol kelembaban, dan menghindari penggunaan bahan-bahan dengan emisi tinggi VOC. Selain itu, pertimbangkan ventilasi dan penyaringan untuk mengurangi bahan kimia, biologi, dan serangan radiologi. Dalam hal ini seorang arsitek harus memikirkan bagaimana cara untuk meminimalisir penggunaan lampu baik pada malam maupun siang hari, misalnya dengan mendesain banyak bukaan pada sebuah bangunan agar cahaya matahari dan angin dapat masuk kedalam rumah untuk meminimalisir penggunaan pendingin ruangan serta mengurangi penggunaan lampu disiang hari, karna lampu dan pendingin ruangan juga turut mendukung terjadinya dampak global warming.
Pada hakikatnya arsitektur adalah keterpaduan antara ruang sebagai wadah, dengan manusia sebagai isi yang menjiwai wadah itu sendiri. Dengan kata lain dalam arsitektur terdapat perwujudan ruang (meliputi fungsi, tata susunan, dimensi, bahan, dan tampilan bentuk) yang sangat ditentukan oleh keselarasan kehidupan daya dan potensi diri manusia di seluruh aspek hidup dan kehidupannya (meliputi norma/tata nilai, kegiatan, populasi, jati diri, dan kebudayaannya).

Referensi :

Tanggapan :
Seorang arsitek yang bijak sebaiknya memberikan ruang dalam rancang bangunnya untuk dapat ditanami pepohonan sehingga bangunan tidak gersang. Rasa kepedulian calon-calon arsitek terhadap lingkungan harus ditumbuhkan sedini mungkin sehingga dalam merancang sebuah bangunan dapat juga mempertimbangkan aspek lingkungan terutama pengaruhnya terhadap pemanasan global.
Saran :
Saat ini terdapat taman vertikal (vertical garden) sebagai salah satu solusi untuk bangunan dengan keterbatasan lahan. Taman vertikal terdiri dari 2 jenis, yaitu green façades dan living wallsGreen Facades merupakan dinding yang ditumbuhi dengan tanaman yang merambat yang langsung tumbuh di dinding, sedangkan Living Wall merupakan dinding yang diberi media tanam untuk tanaman. Taman vertikal dapat diaplikasikan di dalam maupun luar ruangan. Selain itu, penggunaan lumut sebagai bahan untuk dekorasi bangunan yang ramah lingkungan juga dapat menjadi solusi untuk menanggulangi permasalahan global warming karena efek pembangunan lahan.